Senin, 09 Februari 2009

INDONESIA BERMARTABAT DENGAN PENDIDIKAN

INDONESIA BERMARTABAT DENGAN PENDIDIKAN
Oleh : Edi Nasirun,S.Pd


” ...Allah swt, akan meninggikan bagi orang –orang yang beriman dari kamu dan orang – orang yang berilmu derajat yang tinggi....”



Pendahuluan

Pendidikan tidak terlepas dengan kehidupan manusia sepanjang hayatnya,sehingga proses pendidikan akan terus ada dan nampak dihadapan kita, walaupun manusia itu tidak merasakan hakikat pendidikan yang sebenarnya.

Pembangunan nasional di bidang pendidikan merupakan dari upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang damai, demokratis , berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera, yang didukung oleh manusia Indonesia yang sehat , mandiri, beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, cinta tanah air, berkesadaran hukum dan lingkungan , menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi , serta memiliki etos kerja yang tinggi dan berdisiplin dalam wadah Negara kesatuan Republik Indonesia yang bermartabat di mata dunia internasional.
Dalam mewujudkan visi pendidikan naional Indonesia maka diperlukan peningkatan dan penyempurnaan penyelenggaraan pendidikan nasional, yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat , serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menyeluruh pada segala aspek strategis pembangunan sumber daya manusia , sehingga Indonesia dimasa depan menjadi bagian dalam persaingan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berbasis kepada akhlaq dan moral bangsa. Dan ini pula lah yang termaktub di dalam
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003.
Dengan diberlakukannya Undang-undang nomor 20 tahun 2003, yang memuat tentang, fungsi dan tujuan pendidikan nasional, kurikulum, standar isi dan kompetensi lulusan diharapkan pula dapat meningkatkan mutu pendidikan yang mencakup pengembangan dimensi manusia Indonesia seutuhnya, yakni dalam aspek, moralitas, akhlak, berbudi luhur , yang bermuara pada kecakapan dan ketrampilan hidup (life skill). Dengan demikian , peserta didik memiliki ketangguhan , kemandirian , dan jati diri yang dikembangkan melalui pembelajaran dan atau pelatihan yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan. Oleh karena itu diperlukan penyempurnaan sistem pendidikan nasional yang berbasis pada kompetensi , karakter , dan keterpaduan nilai-nilai ketuhanan pada diri manusia.


KONDISI OBYEKTIF PENDIDIKAN NASIONAL

A. Kualitas Pendidikan
Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia secara kuantitatif mengalami kemajuan , terutama sejak diluncurkannya program Inpres (intruksi Presiden) bidang pendidikan pada tahun 1974, wajib belajar 6 tahun yang dideklarasikan pada tahun 1984, serta wajib belajar 9 tahun dideklarasikan pada tahun 1994. Sebagai dampak dari pelaksanaan program Inpres , dan wajib belajar tersebut pada tahun 1994 Angka Partisipasi Kasar (APK) SD telah melebihi angka 100 % . Hal ini berdampak juga pada peningkatan untuk mengikuti pendidikan pada jenjang berikutnya, sehingga APK pada pendidikan di atasnya, yakni APK SMP dan SMA meningkat pula. Meskipun angka ini berbeda dengan Angka Partisipasi Murni (APM) , namun data menunjukkan bahwa dari segi APM pun cukup tinggi, yakni pada tahun 1999 APM SD adalah 94,4 %, SMP adalah 54,8 % dan SMA / SMK / Madrasah Aliyah adalah 31,5 % (Balitbang DepDiknas). Keberhasilan ini mendorong pemerintah untuk menaikkan lama wajib belajar dari 6 tahun menjadi 9 tahun, yang programnya diluncurkan pada tahun 1994. Dalam pelaksanaan wajar (wajib belajar) 9 tahun bertujuan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, terutama kualitas intelektualnya, meskipun masih dihadapkan pada pemerataan pendidikan pada jenjang pendidikan yang lebih tingi , relevansi , kualitas dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan.
Sejauh ini masih di sadari bahwa relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat masih sangat terbatas, yakni masih terbatasnya layanan pendidikan yang bisa diberikan oleh sekolah. Permasalahan relevansi ini dapat diidentifikasi dari kesesuaian antara kemampuan yang diperoleh dari sekolah dengan kebutuhan dalam kehidupan pekerjaan. Indikator ini dapat ditunjukkan diantaranya oleh data yang dikeluarkan oleh BAPPENAS (1996) yang dikumpulkan sejak tahun 1990. Berdasarkan data itu, pengangguran terbuka lulusan SMA adalah 25,47 % . Lulusan diploma sebesar 36.60 % . Padahal pada periode yang sama pertumbuhan kerja cukup tinggi , yakni untuk masing-masing jenjang adalah sebesar 13,4 % , 14,21 % dan 15,07 % . Selain itu , proporsi siswa yang melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi , yakni hanya sekitar 11,6 % saja. Hal ini berarti bahwa antara 88.4 % lulusan SMA tidak melanjutkan.
Sama halnya dengan pemerataan dan relevansi pendidikan , kualitas pendidikan juga masih menjadi permasalahan yang perlu dicarikan solusinya. Permasalahan kualitas pendidikan dapat diidentifikasi dari indikator-indikatornya, di antaranya adalah hasil belajar. Pada jenjang pendidikan dasar prestasi prestasi belajar yang dicapai siswa lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara lain. Hasil studi yang yang dilakukan oleh Moegiadi (1976) dan Suryadi (1989) menunjukkan bahwa kemampuan rata-rata siswa SD kelas 6 untuk pelajaran pokok (Bahasa Indonesia,Matematika dan IPS) adalah 35,33 dan 37 pada tahun 1976 , sedangkan pada tahun 1989 menjadi 27,7, 21,5 dan 24,2 dibandingkan dengan standar penguasaan (50 %) . Dalam skala Internasional , seperti yang dilaporkan Bank Dunia (Greanery, 1992) studi yang dilakukan oleh IAEA (International Association for the Educational Achievement) di Asia Timur menunjukkan bahwa ketrampilan membaca siswa IV SD berada pada peringkat terendah. Rata-rata skor membaca untuk SD adalah : (1) Hongkong 75,5 , (2) Singapura 74,0 , (3) Thailand 65,1 , (4) Filipina 52,6 , (5) Indonesia 51,7 . Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa anak-anak Indonesia hanya mampu menguasai 30 % materi bacaan . Mereka menemui kesulitan dalam membaca soal-soal berbentuk uraian yang memerlukan penalaran. Kesulitan ini terjadi karena mereka sangat terbiasa dengan pola belajar menghafal dan mengerjakan soal-soal pilihan ganda, di samping proses pembelajaranyang tidak mendukung terhadap pengembangan kemampuan penalaran, seperti yang banyak diritik orang selaam ini Untuk tingkat SMP , ternyata prestasi belajar siswa Indonesia juga menunjukkan hasil yang tidak menggembirakan . The Third International Mathematics and Science Study (IAEA,1999) melaporkan bahwa diantara 38 negara peserta, prestasi siswa SMP kelas 2 Indonesia berada pada urutan ke-32 untuk IPA, ke-34 untuk matematika. Di samping itu , setiap tahunnya sekitar 3 juta anak putus sekolah, dan mereka tidak memiliki ketrampilan hidup (life skill) (Balitbang Diknas,1999). Asia Week menyajikan bahwa dalam dunia pendidikan tinggi , 4 universitas terbaik di Indonesia hanya menempati rangking 61 , 68 , 73 , dan 75 dari 77 perguruan tinggi yang disurvei.
Sedangkan , permasalahan efisiensi dapat diidentifikasi dari adanya penyebaran guru yang tidak merata , masih ada guru yang mengajar tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya , angka putus sekolah , bangunan sekolah yang cepat rusak , jam belajar yang tersedia kurang digunakan secara optimal dan alokasi dana yang tidak fleksibel. Data yang berhasil dikumpulkan menunjukkan di suatu daerah masih kekurangan guru SD sebanyak 156.454 orang. Sedangkan di daerah lain terdaapt kelebihan guru SD sebanyak 12.917 orang. Di SMP dan SMA terdapat sejumlah guru bidang studi tertentu yang merangkap mengajar bidang studi lain yang tidak sesuai dengan bidangnya. Data tentang putus sekolah tahun 1999 menunjukkan bahwa pada tingkat SD/MI angka putus sekolah mencapai 3,4 % , SMP/MTs 4,04 % , SMA/MA 2,1 %, SMK 3,5 % dan PT/PAI 1,4 %. Adapun data tentang cepat rusaknya bangunan sekolah menunjukkan pada tahun 1998/1999 telah dibangun 173.000 SD/MI di seluruh Indonesia, namun 19.000 di antaranya saat ini dalam kondisi rusak.
Permasalahan-permasalahan sebagaimana dipaparkan di atas memberi dampak kepada kualitas pendidikan Indonesia yang merupakan salah satu Indikator kualitas SDM. Hasil analisis Human Depelopment Report 1999 menunjukkan Indonesia menduduki urutan ke 108 dari 170 negara . Kondisi tersebut semakin menurun sebagaimana dijelaskan oleh UNDP bahwa Human Depelopment Index Indonesia , tahun 2002 dan 2003 berurutan meenmpati urutan 110 dari 173 , dan 112 dari 175 negara . Rendahnya index pengembangan sumberdaya manusia tersebut menunjukkan rendahnya daya saing bangsa Indonesia dalam kehidupan kesejagatan. Hal ini sesuai dengan data yang dilaporkan oleh The World Economic Forum, Swedia (2000) yang menyatakan bahwa Indonesia memiliki daya saing yang sangat rendah , yaitu menduduki posisi 37 dari 57 negara yang di survei .
Berdasarkan kenyataan-kenyataan tersebut di atas tentu saja perlu dilakukan upaya-upaya perbaikan , salah satunya adalah melakukan reorientasi peneyelenggaraan pendidikan , yaitu dari manajemen berbasis pusat menuju manajemen berbasis sekoalh dan masyaraat. Selain perubahan manajemen pendidikan khususnya dalam penyelenggaraan persekolahan yang dilandasi dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) , maka pelaksanaan otonomi pendidikan juga menuntut perubahan dalam sistem supervisi dan fungsi pembinaan/-pemberdayaan terhadap penyelenggaraan pendidikan.


B. Tantangan Pendidikan Nasional
Mengingat begitu berat dan kompleksnya permasalahan pembangunan pendidikan nasional , maka dapat dipahami bahwa dunia pendidikan kita dihadapkan oleh berbagai tantangan yang sangat signifikan agar sebagai bangsa kita dapat hidup sejajar dan berperan dalam percaturan global . Tantangan-tangan itu meliputi, antara lain : sistem pendidikan nasional , standar pelayanan minimal dan globalisasi.

Sistem Pendidikan Nasional
Sistem pendidikan nasional yang mengacu pada UU SISDIKNAS tahun 2003 masih sangat minim dalam memberikan kesempatan mengembangkan dan mengkreasikan sebuah institusi dan lembaga pendidikan , yang berakibat kepada sentralisasi pendidikan, salah satunya adalah target kurikulum. Kurikulum yang menjadi inti dari sebuah kegiatan belajar mengajar memberikan dampak kepada , bagaimana seorang pendidik terkadang mau tidak mau melakukan sesuatu dalam mencapai target yang telah ditetapkan oleh kurikulum tersebut.Sistem penilaian , standarisasi kelulusan , standarisasi mata pelajaran adalah bagian dari sistem pendidikan nasional yang harus diberikan otonomi bagi institusi / lembaga pendidikan dalam mengembangkan dan mengekplorasi menjadi sebuah hasil yang maksimal berbentuk kualitas siswa yang unggul dan berprestasi.
Standar Pelayanan Minimal
Standar Pelayanan Minimal penyelenggaraan pendidikan yang telah diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah kabupaten/kota haruslah dapat dijadikan sebagai motivasi persaingan kualitas pendidikan antar daerah.
Globalisasi
Globalisasi membawa dampak terhadap dunia pendidikan , terutama sebagai suatu wahana untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang mampu mengendalikan dan memanfaatkan perubahan-perubahan yang diakibatkan oleh proses globalisasi itu. Pendidikan pada era globalisasi seharusnya berkaitan dengan : (1) pemahaman mengenai budaya silang, yang berarti mengakui keberadaan lebih dari satu sudut pandang dan belajr melihat dunia dari persfektif yang berbeda, (2) pembelajaran holistik yang membawa berbagai disiplin ke suatu isu yang besar dan meliputi berbagai pendekatan dalam pembelajaran, dan (3) kembali kepada
nilai-nilai illahiyah (ketuhanan) dalam segala aspek kehidupan yang bertujuan menjadikan manusia yang berketuhanan dan memiliki spirit dalam berperilaku , bermoral , santun dan saling mengasihi sesama manusia.




















BANGKITLAH PENDIDIKAN INDONESIAKU !


Di atas telah kita lihat gambaran jelas yang membuat diri kita terenyuh dan sekaligus bertanda tanya, ada apa gerangan dengan Indonesiaku ! ...
Namun bukanlah harus berpangku tangan dan berdiam diri tanpa aksi , yang justru menambah keprihatinan ini bertambah parah tanpa solusi yang jelas.


Ø Pendidikan Berbasis Illahiyah

Keterpurukan pendidikan nasional kita sekarang ini , bisa jadi karena sistem pendidikan yang ada jauh dari pada nilai-nilai ketuhanan. Dalam setiap input (masukan) mata pelajaran peserta didik diarahkan semakin jauh dari sang pencipta yang mempunyai alam semesta , sedangkan pendekatan kepada nilai-nilai ketuhanan yang terkandung dalam pelajaran agama hanya diberikan porsi sangat minim dalam setiap jam pada waktu setiap minggunya. Kedekatan peserta didik kepada nilai-nilai ketuhanan dapat mewarnai dan mengarahkan ilmu yang telah di pelajari menjadi sebuah amal juga membentuk jiwa peserta didik yang bertaqwa,bermoral, berperilaku luhur, menyayangi dan mengasihi sesama, menghormati kedua orang tua , serta membangun masyarakat yang aman, adil , dan sejahtera.
” Bacalah. Atas nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Menciptakan manusia dari segumpal darah... ” ((Qs.96 : 1-2)
Pendidikan berbasis Illahiyah, akan berdampak terhadap lulusan yang mempunyai jiwa kedekatan terhadap rabb (tuhan) nya, kreatif , inovatif , semangat menuntut ilmu , jujur , dan peduli terhadap sesama. Sedangkan lulusan yang jauh dari nilai-nilai tersebut berdampak pada : maraknya penggunaan narkoba pada siswa , pergaulan bebas , tindakan kriminal , tawuran pelajar , dan lain sebagainya.
· Illahiyah melahirkan generasi terdidik
· Illahiyah melahirkan Ikhlas
· Illahiyah melahirkan generasi bersungguh-sungguh
· Illahiyah melahirkan generasi taat
· Illahiyah melahirkan generasi pejuang
· Illahiyah melahirkan generasi bersyukur
· Illahiyah melahirkan generasi Jujur
· Illahiyah melahirkan pemimpin
· Illahiyah melahirkan generasi sabar

Ø Sekolah Islam Terpadu

Di era sekarang ini telah berdiri sebuah lembaga pendidikan yang dapat menjadi sebuah solusi dalam keterpurukan dan keterbelakangan pendidikan Indonesia. Sekolah Islam Terpadu (SIT) telah mendapatkan tempat di hati masyarakat Indonesia yang peduli terhadap pendidikan sehingga kontribusi SIT dalam pendidikan nasional diharapkan dapat menjadi solusi , dan juga mengambil peran dalam pembangunan pendidikan nasional yaitu membangun kualitas sumber daya manusia.
SIT adalah sebuah lembaga pendidikan yang tidak memisahkan nilai-nilai umum dengan nilai-nilai pendidikan agama (walupun dalam Islam tidak ada pemisahan) menjadi satu kesatuan, keterpaduan dan kurikulum. Proses pendidikan di Sekolah Islam Terpadu sangat memperhatikan keseimbangan aspek jasadiyah , fikriyah dan ruhiyah. Melalui proses tersebut diharapkan mampu memberi kontribusi positif bagi seluruh aspek kehidupan manusia. Lahirnya generasi baru yang handal dengan kepribadian mandiri , berjiwa kepemimpinan dan bertrampilan hidupyang dipersiapkan secara efektif , sistematis dan berkesinambungan.
Karakteristik Sekolah Islam Terpadu (SIT) :
Ø Lingkungan yang Islami
Ø SDM / pendidik yang ikhlas , cerdas dan komitmen dengan Islam
Ø Kurikulum terpadu
Ø Kepribadian siswa yang Islami
Ø Sinergi antar guru dan orang tua
1. Lingkungan Yang Islami
Sekolah Islam Terpadu menciptakan lingkungan pendidikan yang kondusif dan nyaman bagi seluruh masyarakatnya dalam kesehariannya, bahkan sebagai miniatur paktek langsung dalam mengimplentasikan ilmu yang telah dipelajari siswa. Lingkungan yang bersih, aman , nyaman, masyarakat yang menutup aurat , membiasakan hidup tertib , disiplin , nuansa qur,ani , saling menyayangi , tidak melakukan perbuatan maksiat , adalah ciri dari lingkungan Sekolah Islam Terpadu.

2. SDM / pendidik yang ikhlas , cerdas dan komitmen dengan Islam
SIT dibimbing oleh pendidik yang tidak menjadikan uang sebagai orientasinya, tetapi dengan keikhlasan yang tinggi dan pengorbanan mereka memberikan bimbingan kepada peserta didik sesuai dengan visi dan misi SIT. Pendidik pada SIT adalah para ilmuwan-ilmuwan muda yang cerdas dan pintar yang dibekali dengan pengetahuan tentang nilai nilai Islam yang baik serta tercermin dalam kepribadiannya . Tidak merokok , berkata sopan , saling menghormati dan bersaudara adalah beberapa perilaku yang dapat kita lihat pada pendidik di lembaga SIT.

3. Kurikulum terpadu
Keterpaduan antara kurikulum diknas , kurikulum lokal (pendidikan agama) dan kurikulum life skill akan mewarnai proses kegiatan belajar mengajar pada SIT. Kurikulum pada SIT tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lainnya karena bersifat terpadu. Pemahaman pendidik terhadap kurikulum juga menjadi kewajiban, karena hal itu bersifat mendasar. Salah satu faktor lemahnya pendidikan nasional adalah kesulitan pendidik dalam memahami kurikulum nasional, terlebih lagi banyak pendidik kita yang sudah berumur diatas 40 tahun. Potensi untuk berkreatifitas dan menelaah kurikulum cenderung tidak ada bahkan mereka mengajar dengan pola lama sebagaimana mereka mendapatkan pendidikan dulu.
Kurikulum terpadu adalah salah satu ciri Sekolah Islam terpadu, ini berawal ketika beberapa tahun belakangan ini pendidikan nasional mengalami keterpurukan. Memiliki jasad yang kuat dan sehat , cerdas dan ruh yang taat kepada tuhan adalah target kurikulum terpadu pada SIT.

4. Kepribadian siswa yang Islami
Sekolah Islam Terpadu melahirkan dan membentuk peserta didik/ siswa yang bangga berkepribadian sesuai dengan tuntutan Islam. Menjadi pionir-pionir dakwah pelajar adalah proses yang dihasilkan dari kegiatan belajar mengajar pada SIT. Peserta didik / siswa SIT diharapkan dapat menerapkannya dalam berkehidupan di keluarga dan masyarakat. Ciri-ciri siswa SIT
§ Rajin beribadah
§ Gemar membaca
§ Berdisiplin tinggi
§ Berakhlaq mulia
§ Hidup bersahaja




5. Sinergi antar guru dan orang tua
SIT menjadikan hubungan antara guru dan orang tua siswa menjadi satu keluarga ,sehingga pendidikan di lembaga SIT adalah tanggung jawab bersama. Penanaman nilai-nilai Islam juga menjadi tugas orang tua ketika siswa berada di rumah, bukanlah proses itu diserahkan orang tua pada sekolah saja, tapai ketika di rumah siswa di biarkan begitu saja.


Ø Marilah Belajar Dari Sejarah
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang banyak mempunyai torehan sejarah, salah satunya adalah sejarah kemerdekaan Republik Indonesia. Perjuangan dalam mempertahankan tanah air tercinta tidak terlepas dari pengorbanan para pahlawan, terutama pahlawan muslim yang mengorbankan jiwa dan raganya demi tanah air Indonesia
· Pelajaran dari Perang Gerilya
Jenderal Sudirman, ya beliaulah pejuang dengan semangat tinggi walaupun dalam keadaan sakit tetap berjuang pantang menurunkan senjata sebelum darah tertumpah dan jiwa raga terpisah dari badan sampai penjajah hengkang dari bumi tercinta Indonesia.
Pendidikan manakah sekarang ini yang mampu mencetak sudirman pejuan di atas, dan mampukah pendidikan sekarang ini melahirkan sudirman-sudirman baru !
· Pelajaran dari RA Kartini
Beliau adalah wanita mulia yang mengabdikan dirinya bagi pendidikan bangsa dan negara dari buta huruf dan kebodohan. Pengorbanan yang beliau berikan tidak sebanding dengan pendidik sekarang ini, RA Kartini berjuang tidak mengharapkan imbalan jasa, tetapi yang Ia harapkan adalah ketika wanita Indonesia menjadi terhormat.
· Pelajaran dari Wali Songo
Dengan keikhlasan dan kesabaran wali songo menyebarkan Islam di Bumi Jawa tanpa mengharapkan imbalan. Masyarakat yang diselimuti kemusyrikan adalah hal yang tidak mudah, tetapi semua itu dapat terkalahkan dengan kesungguhan demi tegaknya Islam di bumi Jawa hingga pada kita sekarang ini, dapatkan kita merasakan kenikmatan Islam bila para pejuang itu menyerah begitu saja !...
· Pelajaran dari Ulama
” Ulama adalah pewaris para Nabi ” (Al-Hadits) ketika umat membutuhkan pencerahan merekalah orang terdepan yang memberikan, ketika umat mengalami penindasan merekalah garda terdepan tampil sebagai pembela. Tak jarang penjara yang menakutkan mereka ditempatkan , siksaan pedih mereka rasakan demi perjuangan dalam menegakkan tauhidullah . Buya Hamka , menjadikan penjara sebagai madrasah dalam menulis karya besarnya Tafsir Hamka , Sayyid Qutub bahagia dan tenang menulis Fi Dzilalil Qur,an dalam penjara yang menakutkan, Hasan Al Bana ulama mesir dan mujahid yang banyak melahirkan pejuang dakwah walaupun jiwa menjadi tebusannya.
Itulah pejuang yang tidak takut dengan siapapun dan apapun selain kepada Allah swt.


Ketika pendidikan didasari atas kecintaan kepada Illahi maka apapun kan dikorbankan demi tegaknya pendidikan itu sendiri.
Wahai Indonesiaku belajarlah dari pejuangmu...
Wahai Indonesiaku belajarlah dari mereka yang tak kenal lelah...
Dan belajarlah dari mereka dalam membangun Indonesia menjadi negara beradab dan bermartabat .

Bukan tidak mustahil pendidikan Indonesia kedepan akan melahirkan generasi cerdas dan berakhlak mulia sebagaimana para pejuang telah memberikan contoh kepada kita, bila dulu kita mengirimkan guru untuk mengajar negara lain , lalu... mengapa sekarang kita hanya mengirimkan TKW dan TKI.
Bangkitlah pendidikan Indonesiaku !















Tema : Majukan Pendidikan Dan Kembalikan Jati Diri Bangsa




Sub Tema
INDONESIA BERMARTABAT DENGAN PENDIDIKAN

Oleh : Edi Nasirun,S.Pd *











Penulis lahir di Jakarta 30 tahun yang lalu,
mempunyai seorang isteri dan 2 orang putera
Kegiatan sehari-hari adalah sebagai pendidik
pada Sekolah Menengah Islam Terpadu (SMPIT) Insan Mubarak-Jakarta
dan juga aktif dalam kegiatan kependidikan lainnya.




Alamat Kantor : Alamat Rumah :
Jl. Al-Mubarak II Joglo Kembangan Puri Bintaro Hijau Blok c-7/ 8
No. 28 Jakarta Barat 11640. Pondok Aren Tangerang
Telp. 021 – 5854501 / 70603647 Hp : 0815-880-6404
Fax : 021- 5856244

MENGENAL EDI NASIRUN

BIODATA

A. Data Pribadi
Nama Lengkap : Edi Nasirun , S.Pd
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 27 Mei 1976
Alamat : Puri Bintaro hijau Blok C7 no. 8, Rt 06/12
Kelurahan : Pondok Aren
Kecamatan : Pondok Aren
Kab/Kota : Tangerang
Provinsi : Banten
Telp Rumah : 021-
HP : 0815-8806404
B. Pendidikan Terakhir
- Universitas Negeri Jakarta tahun 2002 di Jakarta

C. Riwayat Pekerjaan
- Guru SMKN 35 tahun 1999-2000 di Jakarta
- Wali Kelas VI SDIT Al Furqon tahun 2000-2002 di Jakarta
- Staff TKIT Azzahra tahun 2002 di Jakarta
- Kepala SDIT Cordova tahun 2002-2005 di Tangerang
- Kepala SMPIT Insan Mubarak tahun 2006-sekarang di Jakarta
D. Pengalaman Organisasi
- Wakil Ketua DPC Pesanggrahan,Jak-sel tahun 1998 -2002
- Staff Kaderisasi DPC Pesanggrahan tahun 2004-2007
- Ketua DPRa Kreo Utara tahun 2002-2005
- Sekretaris Umum JSIT DKI Jakarta tahun 2006-2009